Skip to main content

Posts

Showing posts with the label budaya

Awal Perjalanan

Jalan di dusun Pedhudutan pagi ini masih sangat sepi. Meskipun adzan Shubuh telah berkumandang, dan jama’ah Shubuh telah kembali dari langgar, namun aktifitas penduduk masih belum terlihat bergeliat. Hanya beberapa penduduk yang terlihat telah mendahului pergi ke pasar menjemput pagi. Menjemput rezeki pagi ini. Wadasputih, lintasan pegunungan yang melingkupi dusun Pohkumbang, masih nampak hitam di ujung timur seakan mencanda mentari agar tetap dalam peraduannya meski semburat tangan sinarnya telah menggapai awan yang masih malas-malasan di atas sana. Padepokan Gagak Wulung, pagi ini, terasa sangat sepi. Tidak seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada suara cantrik mengalunkan pesan-pesan ilahi, maupun yang gladen, olah kanuragan. Bahkan dapur-dapur padepokan yang biasanya diisi oleh para simbok, istri-istri cantrik senior maupun para cantrik perempuan, pagi ini sepi. Hanya ada sedikit sisa asap pedhangan bekas menanak nasi tadi, sebelum subuhan. Semua cantrik berkumpul di depan pendo...

Anakku Belum Saatnya Mati

Oleh: John Bon Bowie “Ummi….Ummi…dede Luthfi…Ummi…dede Luthfi…….kecebul empang!” terbata-bata Chairi, bocah berusia 4 tahun itu, melapor pada ibunya yang tengah mengikuti pengajian, Kamis (16/4/2009). Spontan, Sri Wahyuni, ibu 3 anak yang dipanggil Ummi tadi, loncat dan berlari sekuat tenaga ke arah empang dimaksud. Demikian pula para guru Yayasan Kebon Maen Bocah Bogor dan Ustadz Ojo Sujono, serentak berhamburan keluar kelas. Masya Allah, Sri Wahyuni melihat anak bungsunya, Muhammad Ibrahim Luthfi (2) sudah tengkurap mengambang di kolam lele. Ia rupanya ‘’lolos’’ dari pengawasan orang dewasa, lalu masuk ke kolam kecil sedalam hampir satu meter yang tak berpagar sempurna. Tanpa pikir panjang, Wahyuni terjun ke empang dan meraih tubuh anaknya yang sudah membiru kaku. Foto Ilustrasi Tak ayal, suasana pengajian yang semula khusyu berubah riuh dengan tangis dan jerit panik para guru yang semuanya perempuan. “Bagaimana ini? Bagaimana ini. Segera ke rumah sakit?” Ustadz Ojo Sujon...

GrooveShark Online Lagi

GrooveShark adalah penyedia layanan streaming musik online. Banyak yang menggunakan layanan ini, namun sayang pengamanan GrooveShark (mungkin dibikin) kurang handal sehingga banyak orang dengan mudah mendownload lagu. Melalui aplikasi GrooveSquid, dengan mudah kita mendownload lagu. GrooveShark.io Setelah sekitar semingguan (sekira 30 April 2015), GrooveShark gak lagi bisa diakses. Padahal layanan ini telah benar-benar membantu para penggemar musik (termasuk yang nakal) untuk dengan mudah menikmati musik. Namun sayang, layanan yang telah berumur 8 tahun ini (berdiri sekira 2006), harus kalah setelah perjuangannya melawan industri musik yang merasa dirugikan dengan adanya layanan ini. Benar GrooveShark sudah melanggar hak cipta, dan tidak sedikit pula konten dari GrooveShark yang ber-copyright yang bisa diakses dengan bebas. Permasalahan terbesar justeru dari grooveshark-nya sendiri yang sepertinya justeru memberikan kebebasan kepada pengguna untuk melakukan download. Ata...

Menceraikan Islam dan Jawa

Islam dan Jawa pernah pernah melebur dalam satu kesatuan yang kokoh, namun secara perlahan namun pasti, keduanya terceraikan. Oleh karena itu menelusuri benih perceraian antara identitas etnis dengan identitas agama ini menarik untuk dilakukan. Memisahkan Identitas Etnis Dengan Identitas Keagamaan Salah satu cara yang ditempuh para misionaris untuk mengurangi kekuatan Islam itu adalah dengan jalan mempromosikan kebiasaan rakyat kuno, adat dan agama rakyat (pra Islam) sampai pada modernisasi perawatan kesehatan dan pendidikan (Steenbrink, 1995 : 144). Pada tahun 1830 Pemerintah kolonial Belanda mendirikan Instituut voor het Javaansche Taal (Lembaga Bahasa Jawa) di Surakarta, yang merupakan tempat berkumpul para ahli-ahli Jawa berkebangsaan Belanda. Para javanolog Belanda ini lebih jauh menggali kesusastraan, bahasa dan sejarah Jawa kuno yang telah lama menghilang di kalangan orang Jawa. Para Javanolog Belanda mengembalikan tradisi Jawa kuno (Jawa pra Islam) dan menghubungkann...

Serat Wedhatama, Sepotong saja

Mingkar-mingkuring angkara, akarana karenan mardi siwi, sinawung resmining kidung, sinuba sinukarta, mrih kretarta pakartining ilmu luhung, kang tumrap ing tanah Jawa, agama ageming aji. Menghindarkan diri dari nafsu serakah, karena ingin mendidik anak, terangkum dalam indahnya nyanyian, dihias penuh warna, agar dihayati intisari ilmu luhur, yang diterapkan di tanah Jawa/Nusantara, agama (adalah) pakaian kehidupan diri. Jinejer ing Wedatama Mrih tan kemba kembenganing pambudi Mangka nadyan tuwa pikun Yen tan mikani rasa, yekti sepi asepa lir sepah, samun, Samangsane pasamuan Gonyak ganyuk nglilingsemi. Disajikan dalam serat Wedhatama, agar jangan miskin pengetahuan walaupun sudah tua pikun jika tidak memahami rasa sejati (batin) niscaya kosong tiada berguna bagai ampas, percuma sia-sia, di dalam setiap pertemuan sering bertindak ceroboh memalukan. Nggugu karsaning priyangga, Nora nganggo peparah lamun angling, Lumuh ing ngaran balilu, Uger guru ...

Jamuran

Jamuran Ingat jaman masih kanak-kanak di kampung dulu, setiap bulan purnama selalu kami bermain di luar rumah.  Menikmati indahnya terang bulan purnama sambil melakukan permainan bocah (dolanan bocah).  Dolanan bocah yang umum dilakukan saat bulan purnama adalah jamuran. Ini adalah permainan yang seru kala itu. Sambil bercanda dan tertawa-tawa dalam suasana yang riang dan lepas.  Suasana kekanakan yang sangat membahagiakan. Ah... tak melamun dulu mengenang masa itu............ Aturan bermainan jamuran sangat sederhana.  Permainan ini biasanya diikuti oleh 6 orang atau lebih. Jika 6 orang maka 1 orang berdiri di tengah dan 5 orang sambil bergandengan tangan membentuk lingkaran memutari si satu orang tadi.  Menentukan siapa yang berdiri di tengah dilakukan dengan hom-pim-pah  dan ping-sut  sampai mendapatkan satu yang paling kalah/jadi. Setelah mendapatkan yang jadi, maka 5 orang lain membentuk lingkaran sambil berputar menyanyikan lagu jamuran ...

Sugeng Enjing Kanjeng Nabi ((Retouch Tulisan Lama))

( Arif Wibowo ) “Sudahlah rif, sepertinya semua upaya telah aku lakukan, namun mengapa sekedar sapa dari Nya tak pernah kudapatkan,” sambil dibantingkan tubuh setengah tambunnya itu ke kasur tipis ala Palembang yang banyak di jual di pinggir jalan. Saya sendiri sambil membayangkan...ngek...pasti tulang iganya memaki, karena mendarat di bantalan padat. Namun itu semua tertutup oleh kegalauan yang terlihat sangat dalam. “Bayangkan rif, setelah aneka teori dialektika itu kudapatkan, pikiranku kini mulai mengajak ingkar pada Nya, tinggal benteng emosionalku yang tersisa, sebab ketika kecil aku akrab semua cerita tentang Nya. Aku sudah malas sholat, tapi jiwaku menolaknya, salahkah jika pada saat kristis seperti ini aku mengharapkan sapa Nya, langsung dari Nya, sehingga bisa kutanggalkan semua racun yang sudah terlanjur bersarang di pikiran.” Aku hanya bisa mengangguk-angguk, tak biasanya teman main ceki ku ini begitu serius pembicaraannya. Susahnya lagi, mengapa pertanyaan yang sehar...

Atas Nama Pemberadaban (dan Investasi ?)

Sudah sejak 3.000 tahun sebelum Masehi, bangsa Dravida, sebuah bangsa yang berkulit hitam mendiami Lembah Sungai Indus yang subur di India. Jumlah mereka tak sedikit, diperkirakan 100 juta jiwa (1). Komunalitas, harmoni dan keselarasan dengan alam, yang menjadi ciri khas ras kulit berwarna yang juga para petani itu, tiba-tiba harus terusik. Bahkan kemudian tersingkir. Ketika Bangsa Arya, yang datang melalui Pas Kaibar dari stepa Kaukasia yang sudah mereka tinggali sejak 4.500 tahun sebelum Masehi. Bangsa Arya, kaum penggembala yang sederhana dan suka kedamaian itu mulai berubah, ketika di sekitar 1.500 tahun sebelum Masehi mereka berhasil menaklukkan kuda padang stepa dan mengikatkannya pada kereta, mereka mengalami kenyamanan mobilitas. Alat tansportasi itu mereka padukan dengan ilmu persenjataan yang mereka dapat dari orang-orang Armenia. Dengan peralatan perang yang bisa bergerak cepat itu, mereka bisa melakukan serangan kilat kepada para tetangga dan mencuri ternak serta tanam...

Membaca Yaasiin untuk Orang yang Mau Meninggal, Bolehkah?

(Ilustrasu, courtesy Republika Penerbit) REPUBLIKAPENERBIT, -- Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai seseorang berada dalam keadaan sakaratul maut. Tidak sedikit dalam keadaan seperti itu, sanak keluarga akan men-talqin dengan kalimat syahadat. Harapannya, jika Allah SWT berkehendak mengambil nyawa orang tersebut, kalimat tauhid menjadi ucapan terakhir. Namun, tak jarang anggota keluarga berinisiatif membacakan surah Yaasiin. Benarkah dengan dibacakan surah Yasiin akan meringankan proses sakaratul maut? Para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi hal ini. Titik perbedaan pendapat ada pada tingkatan hadis yang digunakan sebagai hujah amalan tersebut. Hadis yang dimaksud adalah dari Ma'qil bin Yasar RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Yaasiin adalah jantungnya Alquran. Tidak dibaca oleh seseorang yang menghendaki Allah dan negeri akhirat, melainkan diberikan ampunan baginya. Untuk itu, bacalah ia atas orang-orang yang hendak meninggal di antara kalian." (...

Jokowi-Dahlan, Dua Putra Terbaik Kaki Gunung Lawu

[courtesy:viva.co.id] INILAHCOM, Jakarta - Dahlan Iskan dan Joko Widodo alias Jokowi punya sejumlah kesamaan, selain perbedaan-perbedaan yang sangat tajam. Paling tidak, dua tokoh ini sama-sama lahir dan dibesarkan dikaki Gunung Lawu. Dahlan, Meneg BUMN, lahir dan dibesarkan di Desa Takeran, Magetan atau sebelah timur Gunung Lawu. Jokowi, Gubernur DKI Jakarta, lahir dan dibesarkan di Kampung Sumber, Kota Solo, sebelah barat Gunung Lawu. Dahlan lahir dari lingkungan santri. Jokowi lahir dari lingkungan abangan. Menurut mitos, sampai kurun waktu tertentu, negeri ini masih akan dipimpin oleh tokoh-tokoh yang dilahirkan dan dibesarkan dikaki GunungLawu. Boleh percaya boleh tidak. Begitulah ceritanya. Tapi bagi mereka yang tidak dilahirkan dan dibesarkan dikaki Gunung Lawu, bukan berarti tak berpeluang untuk menjadi Presiden Republik Indonesia. Sebab, mitos dan klenik itu bukan kebenaran imani yang wajib dipercaya. Jadi, boleh ditolak boleh diterima. Kesamaan lain Jokowi dan Dahla...

"Kho Ping Hoo" akhirnya tiba di tanah leluhurnya

Asmaraman S. Khoo Ping Hoo Beijing (ANTARA News) - Penulis cerita silat Indonesia keturunan Tionghoa Sukawati Asmaraman atau dikenal dengan Kho Ping Hoo akhirnya tiba di Tanah Leluhur-nya China, melalui salah satu karyanya "Suling Emas" yang diterjemahkan dalam bahasa Mandarin. Peluncuran komik silat Kho Ping Hoo "Suling Emas" versi Mandarin dilaksanakan Duta Besar RI untuk China merangkap Mongolia Imron Cotan, di Beijing, Sabtu malam. Pria kelahiran 1946 itu hingga akhir hayatnya telah menulis sekitar 120 seri komik silat dengan latar belakang Negeri China, salah satunya Bu Kek Siansu yang pada jilid 2-nya bertajuk "Suling Emas". "Meski seluruh karyanya berlatar belakang Negeri China, bahkan teknik silatnya pun Kung Fu, namun almarhum hanya sekali mengunjungi China yakni ke Provinsi Shandong tepatnya di area Gunung Thaysan," ungkap Imron. Ia menambahkan,"sebelum datang ke Thaysan, Kho Ping Hoo sudah melukiskannya dalam salah sat...

MAKNA SYAIR "SLUKU-SLUKU BATHOK"

Sluku-sluku bathok Bathoke ela-elo Si Rama menyang Solo Oleh-olehe payung mutho Pak jenthit lolo lo bah Wong mati ora obah Yen obah medeni bocah Yen urip golekko dhuwit Lagu sederhana ini karya para wali jaman dulu, Yang begitu luas pemahamannya tentang agama, Yang begitu dalam ungkapan jiwa seninya, Yang begitu peduli pada pendidikan anak negeri, Yang begitu bersemangat sebarkan kebajikan. Makna yang terkandung di dalam lagu tersebut, Namun perlu kalian ingat bahwa ini hanya pemahaman sebagian kita yang masih dangkal, Suatu saat kelak Mungkin ada yang lebih baik lagi memahami ini. "Sluku-sluku bathok" Kalimat ini mempunyai beberapa penafsiran, ada yang mengatakan kalau kalimat ini berasal dari bahasa arab "Ghuslu-ghuslu bathnaka", yang artinya mandikanlah batinmu. Maksudnya, kita harus membersihkan batin dulu sebelum membersihkan badan atau raga. Sebab lebih mudah membersihkan badan dibandingkan membersihkan batin atau jiwa. Ada pula yang menaf...

Dampak Gempa, Candi Borobudur Dicek Posisinya

Borobudur (courtesy of flicker) Borobudur, Jateng, Antara Jateng - Petugas Balai Konservasi Borobudur mengecek kembali posisi Candi Borobudur setelah gempa bumi berpusat di Kebumen, Sabtu (25/1), yang juga terasa mengguncang warisan peradaban dunia di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu. Kepala Balai Konservasi Candi Borobudur Marsis Sutopo di Borobudur, Senin, menjelaskan tentang keseriusan petugas mengecek posisi candi yang dibangun sekitar abad ke-8 masa Dinasti Syailendra itu, untuk antisipasi penanganan terhadap dampak gempa tersebut. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis gempa itu berkekuatan 6,5 skala Richter (SR). Pusat gempa di 104 kilometer barat daya Kebumen, dengan kedalaman 48 kilometer. Gempa terjadi pada Sabtu (25/1), pukul 12.14.20 WIB. Sebanyak lima petugas Balai Konservasi Borobudur berjalan kaki mengelilingi candi itu, saat melakukan pengecekan posisi bangunan tersebut. Mereka juga mengecek posisi beberapa dinding candi. Sejumlah per...

GOBAK SODOR PERMAINAN ANAK INDONESIA

Galah Asin atau di daerah lain biasa disebut Galasin atau Gobak Sodor adalah sejenis permainan daerah dari Indonesia yang saat ini masih dapat kita jumpai dimainkan anak-anak SD. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Ilustrasi permainan gobaksodor (kluget.com) Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas ho...

Bertelsmann: Indonesia Catat Kemajuan

Indonesia mencatat sejumlah kemajuan dan mendarat di posisi 35 dari 129 negara dalam Indeks Transformasi yang dipublikasikan Yayasan Bertelsmann. Namun saat yang bersamaan, sejumlah peristiwa pelik menandai kemunduran Indonesia mencatat sejumlah perbaikan dalam indeks transformasi 2014 yang dipublikasikan oleh Yayasan Bertelsman, Rabu (22/1). Antara lain keberhasilan menjaga stabilitas politik dan penyelenggaraan pemilu yang relatif bebas, kompetitif dan aman membuat Indonesia mendarat pada posisi 35 dari 129 negara. Bertelsmann mencatat, penyelenggaraan pemilu di tingkat daerah antara 2011 dan 2013 berlangsung nyaris tanpa insiden berarti, terutama jika dibandingkan dengan situasi di negara tetangga Thailand, atau kerusuhan beraroma etnis dan agama yang merebak antara 1998 dan 2003 dan menelan lebih dari 10.000 korban jiwa. Selain itu pemerintah di Jakarta juga dinilai sukses memperkuat struktur pemerintahan demokratis di kawasan-kawasan terpencil. Maraknya pemilihan ...