Skip to main content

Kita tunggu nasib angklung

Alat musik angklung akhir-akhir ini sedang naik daun oleh karena ada nya perebutan kepemilikan antara Malaysia dan Indonesia. Sebenarnya alat musik yang terdiri dari bilah bambu ini di Indonesia sendiri ada 2 variant. Variant pertama yang berkembang di daerah banyumas Jawa Tengah dan varian kedua adalah yang berkembang di tatar pasundan. Variant pertama bilah-bilah bambu itu ditata selayaknya gambang dan untuk menghasilkan bunyi harus ditabuh. Variant pertama ini juga punya variasi lain, yakni ditata berdiri. Cuma untuk menghasilkan bunyi tetap barus ditabuh. Orang setempat menyebutnya calung. Sedangkan variant kedua, secara umum orang sudah tahu bentuknya. Dia ditata dalam satu kerangka, dan bambu-bambu ditata secara menggantung. Untuk menghasilkan bunyi, angklung itu digoyang-goyangkan sehingga bilah-blah itu akan berbenturan.
Mungkin orang malaysia nggak begitu suka sama variant pertama yang berkembang di banyumas, karena yang ini secara international kurang begitu terkenal.
Ha ha ha, sekali lagi karena kemalasannya mereka lebih suka mengambil yang kedua. Yang udah terkenal gitu. Jadi gak perlu susah-sudah memperkenalkan kepada dunia. Paling usaha yang diperlukan cuma "koreksi bahwa angklung memang aseli malaysia". Ah dasar malassya.

Beratus tahun lalu nenek moyang orang sunda telah memakai angklung sebagai korps musik ketika melakukan perang bubat melawan majapahit. Beberapa tahun lalu orang malassya datang ke Bandung untuk belajar angklung. Beberapa tahun lalu pula malassya gemar impor angklung dari tatar pasundan. Hari ini, setalah beberap gelintir dari mereka merasa mampu memainkan angklung mereka merasa angklung milik mereka. Ah betapa tak tahu dirinya mereka.

Popular posts from this blog

Awal Perjalanan

Jalan di dusun Pedhudutan pagi ini masih sangat sepi. Meskipun adzan Shubuh telah berkumandang, dan jama’ah Shubuh telah kembali dari langgar, namun aktifitas penduduk masih belum terlihat bergeliat. Hanya beberapa penduduk yang terlihat telah mendahului pergi ke pasar menjemput pagi. Menjemput rezeki pagi ini. Wadasputih, lintasan pegunungan yang melingkupi dusun Pohkumbang, masih nampak hitam di ujung timur seakan mencanda mentari agar tetap dalam peraduannya meski semburat tangan sinarnya telah menggapai awan yang masih malas-malasan di atas sana. Padepokan Gagak Wulung, pagi ini, terasa sangat sepi. Tidak seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada suara cantrik mengalunkan pesan-pesan ilahi, maupun yang gladen, olah kanuragan. Bahkan dapur-dapur padepokan yang biasanya diisi oleh para simbok, istri-istri cantrik senior maupun para cantrik perempuan, pagi ini sepi. Hanya ada sedikit sisa asap pedhangan bekas menanak nasi tadi, sebelum subuhan. Semua cantrik berkumpul di depan pendo...

Analisis Interaktif Kerentanan PHP

Dasbor Analisis Kerentanan PHP 2025 Analisis Interaktif Kerentanan PHP CVE-2025-1735 (pgsql) & CVE-2025-6491 (SOAP) CVE-2025-1735 CVE-2025-6491 Ringkasan CVE-2025-1735: Ekstensi `pgsql` Kerentanan ini berasal dari penanganan kesalahan yang tidak memadai dalam ekstensi PostgreSQL PHP, yang berpotensi menyebabkan Injeksi SQL dan Penolakan Layanan (DoS). Bagian ini memvisualisasikan data kunci untuk memahami risikonya. Detail Kerentanan ...

Niken Landjar Sekar Kenongo

Model: Naziyah Mahmood Credit: ada-arts13 "Ndhuk, lihat, perhatikan, pikirkan dan berundinglah dengan hati dan akal sehatmu. Semua ajar yang pernah Bopo berikan sudah cukup untukmu mengambil keputusan yang terbaik!" Niken Landjar Sekar Kenongo, putri kesayangan Ki Ageng Gagak Pergola dengan takzim mendengar petuah boponya. Dara cantik berkerudung hitam yang duduk berhadapan dengan Ki Ageng berujar, "Inggih Bopo! Saya akan selalu mengingat sedoyo pawiyatan kang sampun dipun wedhar déning Bopo. Benjang, enjang-enjang, dalem badhe miwiti lampah, perjalanan yang sangat jauh Bopo. Padepokan Nyi Ajar Nismara  sungguh teramat jauh, berat hati dalem untuk memulai perjalanan ini. Berat hati dalem meninggalkan bopo meski para cantrik di padhepokan ini akan selalu bersama bopo. Nyuwun pangestunipun bopo agar yang akan saya mulai besok akan bisa saya jalani dengan selamat!" Ki Ageng Gagak Pergola menarik nafas panjang. Ingatannya kembali ke masa lalu ketika anak pe...